Kolesterol siapa yang tak pernah
mendengarnya? Kata ini begitu populer. Bukan karena kebaikannya,
melainkan karena peranannya sebagai pemicu penyakit jantung koroner,
stroke, diabetes, dan impotensi. Orang pun banyak yang antipati padanya.
Padahal zat ini juga berguna bagi tubuh.
Kolesterol atau kadar lemak dalam
darah umumnya berasal dari menu makanan yang dikonsumsi. Semakin banyak
konsumsi makanan berlemak, maka akan semakin besar peluangnya untuk
menaikkan kadar kolesterol. Contoh makanan tersebut seperti gorengan,
minyak kelapa atau kelapa sawit, alpukat, durian, daging berlemak,
jeroan, kacang tanah, dan sejenisnya.
Kolesterol adalah salah satu
komponen lemak, selain trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas.
Sebagaimana zat gizi yang lain, lemak juga sangat berguna bagi tubuh.
Menurut dr John Gullota, ketua AMA Therapeutics Committee, sebagaimana
dikutip ‘’Good Health & Medicine’’, kolesterol berfungsi membentuk
dinding sel (membran sel) dalam tubuh.
Selain itu ia juga berperan penting dalam
produksi hormon seks, vitamin D, serta untuk fungsi otak dan saraf.
Manusia rata-rata membutuhkan 1.100 miligram kolesterol per hari untuk
memelihara dinding sel dan fungsi fisiologis lain.
Kolesterol yang terdapat dalam tubuh manusia
berasal dari dua sumber utama yaitu dari makanan yang dikonsumsi dan
dari pembentukan oleh hati. Kolesterol yang berasal dari makanan
terutama terdapat pada daging, unggas, ikan, dan produk olahan susu.
Jeroan daging seperti hati sangat tinggi kandungan kolesterolnya,
sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan justru tidak mengandung
kolesterol sama sekali.
Setelah makan, kolesterol akan diserap oleh
usus halus untuk selanjutnya masuk ke sirkulasi darah dan disimpan dalam
suatu mantel protein. Mantel protein-kolesterol ini kemudian dikenal
dengan nama kilomikron.
Hati sendiri mempunyai fungsi ganda
yaitu mengambil kolesterol dari sirkulasi darah dan memproduksi kembali
kolesterol bila keadaan memungkinkan. Setelah makan, hati akan menyaring
kilomikron yang berada di sirkulasi darah, lalu diantara waktu makan,
hati akan mengeluarkan kembali kolesterol yang diserap tersebut kembali
ke peredaran darah. Disini hati memegang peranan dalam menjaga
keseimbangan kolesterol yang berada dalam sirkulasi darah manusia.
Si Baik dan Si Jahat.
Terdapat berbagai macam kolesterol di dalam
darah. Ada yang bersahabat dengan tubuh, tapi tidak sedikit yang
berbahaya. Kolesterol yang termasuk kategori kolesterol baik adalah HDL
(High Density Lipoproteins). Sekitar 0,25 hingga 0,33 bagian kolesterol
dalam darah terdiri atas kolesterol HDL. Adapun kolesterol yang
tergolong jahat adalah LDL (Low Density Lipoproteins), Trigliserida, dan
Lp(a).
Kolesterol LDL sering disebut dengan
kolesterol jahat, karena peningkatan kadar kolesterol ini dalam darah
dihubungkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit.
Kolesterol LDL akan berakumulasi di dinding
arteri sehingga membentuk semacam plak yang menyebabkan dinding arteri
menjadi kaku dan rongga pembuluh darah menyempit. Proses ini dikenal
dengan nama atherosklerosis.
Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di
otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya, serta lengan dan tungkai.
Jika aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak (arteri
karotid), maka bisa terjadi stroke.
Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke jantung (arteri koroner), bisa terjadi serangan jantung.
Kolesterol HDL sebaliknya sering disebut dengan kolesterol baik karena
kolesterol ini mencegah terjadinya atherosklerosis dengan cara
mengeluarkan kolesterol jahat dari dinding arteri dan mengirimkannya ke
hati.
Jadi, bila kadar kolesterol LDL tinggi
sedangkan kadar kolesterol HDL rendah maka merupakan faktor risiko
terjadinya atherosklerosis. Sebaliknya yang diharapkan adalah kadar
kolesterol LDL rendah dan kadar kolesterol HDL yang tinggi.
Faktor Risiko.
Banyak orang beranggapan hanya mereka yang
tua atau yang gemuk saja yang berisiko menderita kolesterol tinggi.
Padahal penyakit ini tidak mengenal usia. Mereka yang muda bisa saja
terserang penyakit ini.
Pola makan yang tidak seimbang salah satu
penyebabnya. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan kolesterol
akan meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah. Lemak dibagi menjadi
lemak jenuh dan lemak tak jenuh berdasarkan pada struktur kimianya.
Lemak jenuh terutama berasal dari daging dan
produk olahan susu yang akan meningkatkan kadar kolesterol darah.
Beberapa minyak tumbuhan yang dibuat dari buah kelapa, sawit, dan
cokelat juga tinggi kadar lemak jenuhnya.
Selain pola makan yang tidak seimbang, faktor
keturunan, kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik dan
olahraga, serta merokok merupakan penyebab umum kolesterol tinggi.
Adapun kondisi kesehatan yang dapat
meningkatkan risiko kolesterol tinggi di antaranya konsumsi alkohol yang
berlebihan, diabetes, penyakit ginjal, penyakit liver, dan underactive
thyroid gland yang disebut hypothyroidism.
Pada pasien dengan familial
hypercholesterolemia (FH), terdapat pengurangan jumlah yang signifikan
dari reseptor kolesterol LDL dalam hatinya.Pasien ini juga akan rentan
menderita atherosklerosis dan serangan jantung pada usia muda.
Sampai pada usia 45 tahun, laki-laki
cenderung mempunyai kolesterol total yang lebih tinggi dibanding
perempuan. Sebaliknya perempuan cenderung mempunyai tingkat HDL yang
lebih tinggi. Karenanya laki-laki pada usia 40 tahunan mempunyai
kemungkinan tingkat kematian akibat penyakit jantung empat kali lebih
tinggi daripada perempuan pada usia yang sama.
Tetapi dengan berjalannya waktu,
statistik ini berubah. Setelah menopause, tingkat LDL perempuan
cenderung naik, dan tingkat HDL-nya menurun. Jadi, risiko penyakit
jantungnya berlanjut naik bersamaan dengan usianya. Setelah menopause,
perempuan cenderung mempunyai tingkat LDL yang lebih tinggi dibanding
laki-laki pada usia yang sama.
Tanpa Gejala.
Pada sebagian besar kasus, penderita
kolesterol tinggi (hiperkolesterol) tidak merasakan gejala sama sekali.
Biasanya mereka baru mengetahui menderita hiperkolesterol setelah
dinyatakan menderita penyakit jantung koroner atau stroke.
Namun, sebagian orang merasakan
sakit kepala dan pegal-pegal sebagai gejala awal. Gejala ini muncul
sebagai akibat dari kurangnya oksigen. Kadar kolesterol yang tinggi
menyebabkan aliran darah menjadi kental sehingga oksigen menjadi kurang.
Ketiadaan gejala yang khas membuat
kita harus selalu waspada dengan melakukan tes kadar kolesterol secara
teratur. Dokter menyarankan agar setelah usia 20 tahun kita melakukan
tes kolesterol minimal lima tahun sekali. Tes bisa dilakukan di
laboratorium atau dilakukan sendiri dengan menggunakan alat
cholesterol-meter yang dapat langsung memeriksa kadar kolesterol dalam
darah.
Jika total kolesterol kurang dari
200 miligram per desiliter atau mg/dL berarti masih normal. Untuk LDL,
yang ideal adalah kurang dari 100 miligram per desiliter. Adapun HDL
usahakan kadarnya lebih dari 40 mg/dL.